Headlines News :
Home » » Batuk hayani Terdengar di Tengah Malam

Batuk hayani Terdengar di Tengah Malam

Written By Unknown on 3/24/2012 | 11.12

Nafas perempuan ini terdengar tersengal-sengal, akibat asma yang menjangkitinya sejak dua bulan terakhir. Pandangannya sayu, nada bicaranya lirih, jalannya pun sedikit tertatih dengan badannya yang terlihat kurus.

Kondisinya itu berbanding terbalik dari dua bulan seblumnya, dengan badannya yang masih terlihat berisi. Sebanding dengan tenaganya,  yang setiap hari menggendong bakul sayuran, keliling berdagang demi nafkah keluarga.

Namun kini Hayani (42) warga Dusun II/RT II, Pekon Rejosari, Kecamatan Pringsewu  ini hidupnya hanya menggantung pada orang lain. Ia tinggal di rumah non permanen bersama suaminya Suranto (44).

Beserta tiga orang anaknya,  Muhammad Riski Ramadhan (14), Muhammad Ridwan (10) dan Apriyanto (6). Sejak kurang lebih 10 tahun, Hayani tinggal bersama keluarganya di rumah non permanen di Pekon Rejosari tersebut.

Rumah ini berdinding gribik nan rapat. Tak ada satu pun lubang angin selain pintu. Sehingga ruangan di dalam rumah tersebut pengap dan lembab. Namun belakangan terbantu dengan dinding gribik yang telah koyak termakan usia.

Sehingga, angin bebas keluar masuk melalui lubang yang menganga di tembok dari anyaman bambu itu. Ironisnya tak sekedar angin, melainkan juga air di kala hujan merembas ke rumah Hayani yang berlantai bumi.

Tak jarang tetangganya, tengah malam mendengar batuk Hayani dari rumah yang dinilai warga sekitar sudah tidak layak huni itu. "Masalahnya kita (tinggalnya) kan deket, kalau istilahnya ngomong, dengerin (batuknya), kayak kita berjalan di atas duri," tukas Sugio, tetangga Hayani.

Miris, Hayani yang sebelumnya sebagai ibu yang menafkahi keluarganya itu tidak bisa berbuat banyak dengan kondisinya. Suaminya Suranto hanya sebagai buruh serabutan, dengan penghasilan minim..

Beruntung, mereka tinggal di lingkungan pengrajin tungku. Suranto terkadang bekerja mengecat tungku dengan upah Rp 500 per tungku.Terkadang satu hari ia berhasil mengecat 50 tungku, demikian penghasilannya mencapai Rp 25 ribu.

Sehingga, keluarga ini masih bisa menyambung hidup. Sayangnya pekerjaan itu tidak rutin sepanjang hari. Alhasil ketika uangnya habis, hanya terdengar tangis anak-anak Hayani yang meminta makan.

Tetangga hafal dengan kondisi itu, yang langsung merespon dengan mengantar makanan karena iba. Tidak hanya tetangga, Hayani yang tadinya pedangang sayuran keliling ini terkadang didatangi bekas pelanggannya. Sekedar mengirim beras atau pun baju bekas. Lambat laun, warga yang tinggal di sekeliling rumah Hayani tidak tega melihat kehidupan itu.

Apa lagi melihat kondisi rumah yang tidak sehat tersebut. Selain pengab, pagarnya berlubang di sana-sini, juga rawan roboh.  Rumah itu pun tidak memiliki tempat MCK (Mandi,Cuci dan Kakus).

Penghuninya hanya memanfaatkan tikar bekas, sebagai pagar kamar mandi.  Airnya mengangsu (mengambil) dari sumur tetangga. Ironisnya untuk buang hajat anggota keluarga tersebut melakukannya ke irigasi sawah yang jaraknya kurang lebih 100 meter.
Kondisi itu lantas menggugah tetangga Hayani.  Sugio, yang kebetulan Ketua RT setempat, Kamis (22/3) malam langsung keliling dari pintu ke pintu guna mengumpulkan dana membantu keluarga Hayani.

Itu pun dia lakuan setelah ada tokoh masyarakat di lingkungan tersebut menegurnya, agar berbuat sesuatu. Alhasil, Sugio berhasil mengumpulkan dana Rp 400 ribu dari warga RT II/Dusun II Pekon Rejosari.

Jumat (23/3) pagi bersama puluhan warga berduyun-duyun ke rumah Hayani. Uang bantuan mereka belikan geribik pengganti dinding rumah yang sudah usang itu. Juga sejumlah semen guna melantai rumah tersebut jadi permanen.

Diluar dugaan, ujar Kepala Dusun II Pekon Rejosari Subagio, pagi itu warga ada yang menyumbang bahan bangunan. Seperti kayu, pasir, batu bata dan bahkan gula serta kopi berikut rokok.

Tak sekadar itu saja, keluarga Suranto yang mendengar kondisi itu langsung mengulurkan sejumlah dana. Alhasil warga pun semangat membedah rumah tersebut menjadi semi permanen.

Dinding setengah batu bata, lantai semen dan Jumat siang kemarin,  telah disiapkan kusen untuk cendela dan jalosi (lubang angin). "Berhubung dananya ada, kayu juga ada yang ngasih, akhirnya kami buat semi permanen," tukas Subagio.

Selain membenahi rumah tersebut, warga juga berniat membawa Hayani berobat ke dokter, dengan sisa uang memperbaiki rumah. Selama ini Hayani hanya beroobat ke Puskesmas dengan jamkesmas.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Sedulur-sedulur jangan lupa komentarnya ya!

 
Support : Creating Website | AFAS | Ali Topan
Copyright © 2012. kabarpringsewu - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger